MEMBACA KEPRIBADIAN
SESEORANG MELALUI TES MBTI
(Myer Briggs Type Indicator)
Apakah kalian sudah paham dengan kepribadian kalian? nah, di sini kalian bisa mengetahui karakter kalian masing-masing. selain itu kalian juga bisa mengetahui patner kerja dan pasangan hidup kalian yang cocok dengan pribadi kalian. Bukan hanya itu saja dengan tes MBTI ini kalian akan mengetahui potensi yang ada pada diri kalian dan pekerjaan yang cocok dengan diri kalian. Dengan kalian mengetahui karakter kalian, maka kalian dapat mengembangkan diri kalian dengan maksimal. Sebelum kalian tes, mari kita ulas terlebih dahulu apa itu tes MBTI, fungsi MBTI dan pemahaman tentang kepribadian ganda (kepribadian topeng).
A. Empat Skala Kecenderungan
MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang
saling berlawanan (dikotomis). Walaupun berlawanan sebetulnya kita memiliki
semuanya, hanya saja kita lebih cenderung / nyaman pada salah satu arah
tertentu. Seperti es krim dan coklat panas, mungkin kita mau dua-duanya tetapi
cenderung lebih menyukai salah satunya. Masing-masing ada sisi positifnya tapi
ada pula sisi negatifnya. Nah, seperti itu pula dalam skala kecenderungan MBTI.
Berikut empat skala kecenderungan MBTI;
1.
Extrovert (E) vs. Introvert (I).
Dimensi EI melihat
orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe pribadi
yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial,
beraktifitas dengan orang lain, serta fokus pada dunia luar dan action
oriented. Mereka bagus dalam hal yang berurusan dengan orang dan hal operasional.
Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka yang suka dunia dalam (diri sendiri).
Mereka senang menyendiri, merenung, membaca, menulis dan tidak begitu suka
bergaul dengan banyak orang. Mereka mampu bekerja sendiri, penuh
konsentrasi dan fokus. Mereka bagus dalam
pengolahan data secara internal dan pekerjaan back office.
2.
Sensing (S) vs. Intuition (N).
Dimensi SN melihat
bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar
pada fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka
menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-cara yang
sudah terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki
sekarang). Mereka bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif.
Sementara tipe intuition memproses
data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta
melihat berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi,
memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai di
masa mendatang). Mereka inovatif, penuh inspirasi dan ide unik. Mereka bagus
dalam penyusunan konsep, ide, dan visi jangka panjang.
3.
Thinking (T) vs. Feeling (F).
Dimensi ketiga melihat
bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu
menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka
cenderung berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala.
Mereka menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan
menjaga prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan
perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil
keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif
tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus
dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
4.
Judging (J) vs. Perceiving (P).
Dimensi terakhir
melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging
di sini bukan berarti judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada
rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak
melompat-lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan.
Mereka ingin merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu. Mereka
bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap
fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat beragam
peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian
membuat mereka bergairah. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi
mendadak.
B.
MANFAAT
MBTI
1. Pengembangan Diri.
Dengan MBTI kita bisa
memahami kelebihan (Strength) diri
kita sekaligus kelemahan (Weakness)
yang ada pada diri sendiri. Kita bisa lebih fokus mengembangkan kelebihan kita
sekaligus mencari cara memperbaiki sisi negatif kita.
2.
Memahami Orang Lain dengan lebih baik.
MBTI membantu
memperbaiki hubungan dan cara pandang kita terhadap orang lain. Kita bisa lebih
memahami dan menerima perbedaan. Tidak semua orang berfikir, bersikap dan
berperilaku seperti cara kita berperilaku. Jadi terimalah perbedaan yang ada.
C. Hal-hal yang Perlu Dihindari
dari MBTI
1.
Menjadi Alasan
“Saya tidak mau
berhubungan dengan banyak pelanggan dan mengurusi banyak klien sebab saya orang
introvert.” Contoh di atas sebaiknya Anda hindari karena sama saja Anda
membatasi diri Anda sendiri. Kalau anda ingin meraih sesuatu yang besar atau
kesuksesan apapun sebaiknya Anda berani keluar dari zona nyaman kepribadian
Anda.
2.
Labelling
“Dasar orang
ekstrovert, sampai kapanpun kamu nggak tahu malu dan ngobrol ke sana ke mari
dengan suara keras tentang aibmu sendiri” Jangan menghakimi orang (terutama
kelemahannya) dan membuat batasan bahwa mereka tidak bisa berubah. Berubah
memang sulit tetapi bukan hal yang imposible.
D. Topeng Kepribadian
“Saya bingung. Mengapa di kantor saya cenderung A tetapi di rumah
saya berubah menjadi B. Apa yang terjadi pada saya dan sebetulnya kecenderungan
saya A atau B?”
Kepribadian kita punya dua lapisan : Asli dan Topeng. Tuntutan
lingkungan atau pekerjaan sering membuat kita kemudian menggunakan topeng
kepribadian.
“Apakah kepribadian asli kita bisa berubah menjadi kepribadian
topeng kita?”
Mungkin saja, apalagi jika kepribadian topeng digunakan secara
terus menerus dengan intensitas yang lebih banyak kemudian kita mulai lebih
enjoy (menikmati/nyaman) dengan kepribadian topeng kita.
Kemungkinan lain adalah kita hanya menggunakan kepribadian
topeng pada saat-saat tertentu dan kembali lagi pada kepribadian asli saat
lingkungan nyaman dan tidak menuntut kita menggunakan kepribadian topeng.
Kemungkinan terakhir, kita akan tertekan dan tidak nyaman dengan
kepribadian topeng yang dipaksakan. Jika kita punya kecenderungan seperti ini,
sebaiknya kita tidak memilih pekerjaan yang tidak cocok dengan kepribadian
kita. Mengapa? Sebab kita akan mempersulit diri sendiri, menghambat
produktifitas serta membuat stress dan ketidakpuasan kerja.
“Apakah dengan kepribadian topeng berarti kita membohongi diri
sendiri dengan tidak menjadi diri sendiri?”
Kepribadian topeng tidak selalu lebih baik atau lebih buruk dari
kepribadian asli kita. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Menggunakan topeng bukan berarti membohongi diri sendiri selama digunakan untuk
tujuan positif. Sebab, membohongi diri itu adalah ketika kita tidak menerima
diri kita apa adanya (menolak takdir). Namun ketika kita menggunakan topeng
untuk lebih mudah beradaptasi atau lebih efektif dalam penyelesaian tugas tanpa
harus menolak siapa diri kita yang sebenarnya maka itu tidak masalah. Perlu
dibaca keras-keras: Orang yang sehat secara mental adalah orang yang mampu
menerima dirinya apa adanya serta takdir apapun yang menimpa dirinya.
Silakan jika tertarik untuk mengetes diri Anda bisa kunjungi tes kepribadian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar