Senin, 08 Februari 2016

Mengatasi Anak Rewel




      Kali ini saya ingin share tentang perilaku unik anak usia 2-12 tahun, yuk bunda kita simak bareng-bareng. Pada anak usia dini akan ada banyak perilaku unik yang muncul pada diri anak dan biasanya bunda merasa bingung untuk menghadapi perilaku tersebut. Nah, salah satu perilaku unik yang akan saya bahas adalah "Anak Rewel tidak jelas"

Sebelum kita membahas lebih lanjut mari bunda kita pahami terlebih dahulu apa itu "Rewel", dalam kamus bahasa Indonesia rewel merupakan ada-ada saja yang diminta, sebagaimana persepsi kata rewel yang akan kita bahas dirubik ini. Terlalu banyak keinginan, ingin ini ingin itu, sudah dituruti tetap saja merasa kurang. Berikut contoh kasus anak rewel :
"Bundaaaaa....!!!!!, rani berteriak dan makin menjadi-jadi tangisnya, memanggil bundanya. Sang bunda berlari sambil tergopoh-gopoh dari warung ke rumah memebelikan makanan yang dimintanya, ternyata makanan itu tak mampu meredakan rengekannya juga.

Nah, dalam keadaan seperti itu tentu saja Bunda dan Ayah akan merasa kebingungan melihat perilaku sang buah hati. Tenang Ayah dan Bunda yang baik, perilaku seperti itu bisa kita atasi kok. Berikut ada beberapa langkah yang bisa Ayah dan Bunda lakukan untuk mengatasi kerewelan sang buah hati. 


Langkah Awal, lakukan cross check terhadap basic needs anak. Misalnya apakah badannya berkeringat sehingga membutuhkan mandi, apakah dia lapar, haus, ataupun ingin BAK (buang air kecil), tubuh kurang sehat, atau basic needs lainnya. Jika urusan basic needs beres, namun si anak masih rewel, kita masuk ke langkah berikutnya. 

Langkah Kedua, apabila bunda memenuhi keinginan anak dilakukan seperti cara diatas, maka bisa jadi kemungkinan terjadi lagi "rewel" seperti itu lebih parah. Salah satu tips meghindari adalah dengan tidak panik ketika menghadapinya. Jika Ayah Bunda membiasakan diri lebih tenang menghadapi 'manuver-manuver' anak, anak akan lebih tenang dalam menyampaikan keinginanya.Ayah Bunda dapat melatih anak untuk bernegosiasi sejak dini meskipun usia anak masih 2-3 tahun. Misalnya, ketika anak minta sesuatu dengan berteriak, menangis, atau merengek, Ayah Bunda dapat berkata, "Maaf, sayang, kalau bicaranya lebih pelan atau nggak sambil nangis, Bunda bisa lebih paham apa yang Rani sampaikan." Ucapkan kalimat seperti itu dengan wajah yang biasa saja. Tidak perl dengan mengernyitkan dahi atau cemberut. kemudian tunggu sejenak sampai dia merespon. Kalau dia mengutarakannya dengan pelan seperti yang sudah bunda katakan, jangan lupa memeluk dan memberikan pujian. Hal ini merupakan bentuk reinforcement atau penguatan atas perilaku baik anak. Hal ini harapannya bisa menjadi kebiasaan si anak sehingga anak akan terbiasa mengutarakan keinginannya dengan kalimat berintonasi biasa saja tanpa merengek. 

Langkah Ketiga, cobalah melakukan refleksi diri. Apakah Ayah Bunda kurang memperhatikan sang buauh hati? biasanya hal ini dapat menjadi faktor terakhir dari kerewelan anak. Sebab, mereka berpikir bahwa dengan bersikap rewel mereka akan mendapatkan perhatian yang mereka harapkan. Masing-masing anak memiliki tingkat kebutuhan perhatian yang berbeda-beda. Kebutuhan setiap siklus kehidupan juga memiliki perbedaan. Anak diusia 0-2 tahun memiliki tingkat kebutuhan perhatian lebih tinggi dibanding usia diatasnya. 
Di samping perhatian, kondisi psikis, terutama Bunda juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. Bunda panik dalam menghadapi kerewelan anak atau Bunda galau ketika sedang memiliki masalah. Keresahan Bunda dapat mempengaruhi kondisi psikis anak, Mengapa? Sebab, saat Bunda panik, anak akan menangkap kepanikan tersebut sehingga membuatnya makin rewel. Bunda yang sedang galau tanpa sadar memunculkan ekspresi dan bahasa tubuh yang tidak ceria, bahkan cenderung mengabaikan.  
Apakah Ayah Bunda terkadang mengabaikan anak sebagai usaha mengalihkan kerewelan sang buah hati? Biasanya ketika  orang tua sudah kehabisan akal untuk mengatasi kerewelan anak yang dianggap tidak jelas, kadang berusaha mengalihkan perhatian dengan cara apapun. sebenarnya boleh-boleh saja sih. Mengapa? Sebab, jika Ayah Bunda tetap melakukannya diusia tersebut, dikhawatirkan si anak di kemudian hari akan lebih memilih sikap "lari" atau menghindari persoalan dan tidak mau menghadapi persoalan. 
Hal yang perlu dihindari Ayah Bunda ketika menghadapi anak rewel adalah memberi label anak sebagai anak yang rewel atau megucapkan "rewel aja sih, adik..", apalagi jika dikatakan sambil menghardik. Hal tersebut anak akan merasa tidak dipahami kondisinya, dan memicu anak akan semakin heboh ketika rewel. Mungkin Ayah Bunda akan bertanya-tanya dalam hati "mendengar atau melihat rewelnya saja sudah membuat pikiran kacau apalagi disuruh bersabar dan berusaha memahaminya?". Nah Ayah Bunda dapat melakkan tehnik relaksasi untuk membuat diri kita menjadi lebih rileks menghadapi situasi yang tidak nyaman tersebut. semoga ulasan ini bermanfaat buat Ayah Bunda menghadapi sang buah hati yang rewel. Semangat mendidik anak menjadi pribadi yang super Ayah Bunda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar